Minggu, 31 Maret 2013

Maf'ul Bih (Obyek)

MAF’UL BIH


 







              PENDAHULUAN


A. Definisi
Dalam bahasa indonesia Maf’ul bih sama dengan penderita. Karena dia dikenai suatu pekerjaan. Atau dengan kata lain berfungsi sebagai obyek. Sedangkan pengertian istilahnya, Maf’ul bih adalah isim yang dibaca nashab dan menunjukan kepada sesuatu yang dikenai pekerjaan[1]. Syaratnya adanya fi’il dan fa’il atau kesempurnaan kalimat. Dengan kata lain maf’ul bih hanya dibutuhkan oleh jenis fi’il muta’adi, sedangkan fi’il lazim tidak.[2] Contoh :
رأى مجاهد المجنون نائما(Mujahid melihat orang gila yang sedang tidur)
رأى
مجاهد
المجنون
نائما
فعل الماضى
فاعل
مفعول به : منصوب بالفتحة
حال
Kata Al-Majnuuna diatas berkedudukan sebagai Maf’ul bih, karena menjadi objek dari kegiatan melihat(Ro-a). Adapun Naiman merupakan halun yang menjelaskan suatu keadaan Al-Majnuuna yang sedang tidur.
Untuk lebih jelasnya lagi, silahkan lihat kembali pada contoh dibawah ini :
قد ضربني المجنون (Orang gila itu benar-benar telah memukulku)
قد
ضرب
ني
المجنون
قد حرفية[3]
فعل الماضي
مفعول به : ضمير متصل
فاعل
Maf’ul bih yang terdapat pada kalimat diatas berupa dhamir (akan dibahas pada pembagian Maf’ul bih), yaitu dhamir mutakalim wahid yang berkedudukan sebagai Maf’ul bih yang mabni. Maf’ul bih tersebut dihukumi mabni karena berupa isim dhamir, yang mana kita tahu bahwa dhamir itu bersifat mabni[4].

B. Pembagian Maf’ul bih
Perlu diketahui bahwa maf’ul bih terbagi menjadi dua[5] :
1. Sharih
Maf’ul bih yang Sharih terbagi juga menjadi dua :
a.) Isim Zhahir.
Contoh :
a. قتل قردا جميلا (Dia membunuh seekor monyet yang bagus)
قتل
قردا
جميلا
فعل الماضى
مفعول به : منصوب بالفتحة
منعوت
نعت




Maf’ul bih diatas berupa isim mufrod, ‘alamat nashabnya adalah fathah.
b. ستلقي اباها غدا(Besok dia akan bertemu dengan ayahnya)
ستلقي
اباها
غدا
فعل المضارع
مفعول به : منصوب بالألف لأسماء الخمسة
ظرف الزمان
Contoh Maf’ul bih diatas berupa Asmaul Khomsah (اسماء الخمسة ), dan ‘alamat nashabnya berupa alif[6].
c. أ رأيت درّاجاتٍ في قريب البيت؟
sepeda-sepeda didekat rumah itu) (Apakah dirimu melihat
أ
...رأي.....
..ت
السياراتِ
حرف الإستفهام
فعل الماضي
فاعل
مفعول به : منصوب بالكسرة
Maf’ul bih diatas berupa jamak muanats salim, dan ‘alamat nashabnya berupa kasroh.
b.) Isim Dhamir
Dhamir terbagi menjadi dua :
1.) Dhamir Muttashil.
Jumlahnya ada dua belas. Contoh :
§ ضربني : dia telah memukulku
§ ضربنا : dia telah memukul kami/kita
§ ضربك : dia telah memukulmu(lk)
§ ضربك : dia telah memukulmu(pr)
§ ضربكما : dia telah memukul kalian berdua (lk/pr)
§ ضربكم : dia telah memukul kalian(lk)
§ ضربكن : dia telah memukul kalian(pr)
§ ضربه : dia telah memukulnya(lk)
§ ضربها : dia telah memukulnya(pr)
§ ضربهما : dia telah memukul mereka berdua(lk/pr)
§ ضربهم : dia telah memukul mereka(lk)
§ ضربهن : dia telah memukul mereka(pr)
Yang digarisbawahi diatas adalah dhamir muttashil yang berkedudukan sebagai maf’ul bih.
Perlu menjadi suatu catatan bahwa dhamir muttashil apabila menempel kepada fi’il, maka kedudukannya menjadi Maf’ul bih. Namun, apabila menempel kepada isim, maka kedudukannya sebagai mudhaf ilaih. Dan apabila menempel pada Inna dan kawan-kawan, maka dhamir muttashil tersebut menjadi isimnya Inna dan kawan-kawan.
Dhamir muttashil ini ketika menjadi maf’ul bih, dia tidak dapat mempengaruhi bentuk fi’il.
2.) Dhamir Munfashil
Seperti halnya dhamir muttashil. Dhamir ini mempunyai 12 macam, Yaitu :
إياه , إياهما,إياهم,إياها,إياهنّ,إياك,إياكما,إياكم,إياك,إياكنّ, إياي,إيانا
نحو : إياك نعبد و إياك نستعين )الفاتحة : 5)
2. Ghairu Sharih
Maf’ul bih yang ghairu sharih ada tiga bagian :
a.) Muawal bi Masdar.
Contoh :
علمت انك مجتحد
Pada contoh diatas dapat ditakwilkan menjadi :
علمت اجتحادك
b.) Jumlah Muawwalah bi mufrodin
ظننتك تجتحد
Pada contoh diatas dapat ditakwilkan menjadi :
ظننتك مجتحدا
c.) Manshub binaz’il Khofid
Yaitu dinashabkan karena dibuang huruf yang men-jarkannya.
Contoh :
دخلت البيت(saya masuk ke dalam rumah)
Kata Al-Baita menjadi Maf’ul bih Manshub binaz’il Khafidl, yaitu membuang huruf yang men-jarkannya. Ditakdirkan kepada دخلت في البيت
BAB II
MENDAHULUKAN MAF’UL BIH
DARIPADA
FI’IL DAN FA’ILNYA
Perlu diketahui bahwa tidak selamanya Maf’ul bih diletakan setelah Fi’il dan Fa’ilnya. Sebab dalam keadaan tertentu juga, terkadang Maf’ul bih harus didahulukan. Jika tidak akan terjadi suatu kerancuan dalam memahami teks arab. Pada bab ini berisi pembahasan tentang kapan Maf’ul bih dapat mendahului Fi’il dan Fa’ilnya.
Hal-hal yang menjadikan Maf’ul bih lebih didahulukan adakalanya berupa wajib, jawaz, yaitu :
1. Wajib :
a. Maf’ul bih berupa Dhamir Muttashil, sedangkan Fa’il berupa isim zhahir.
Contoh :
قد احبّكِ اّدم(Adam benar-benar mencintaimu)
b. Terdiri dari isim syarat.
Contoh :
من يضلل الله فماله من هاد
c. Bila terdiri dari isim istifham.
Contoh :
كم كتابا قرأت؟
من اكرمت؟
d. Pada dasarnya maf’ul bih itu terletak setelah fi’il, tetapi sering juga kita jumpai bahwa maf’ul bihnya didahulukan dari Fa’il. Wajib didahulukan karena apabila pada Fa’il terdapat dhamir yang kembali kepada Maf’ul bih. Contoh :
دعا جاك عمه (Paman Jaka memanggilnya)
2. Jawaz (boleh)
a. Apabila keduanya, baik Fa’il maupun Maf’ul bih itu berupa isim zhahir.
Contoh :
فتح احمد الباب
Atau
فتح الباب احمد
b. Apabila Maf’ul bih berupa isim zhahir, sedangkan Fa’il berupa isim dhamir. Contoh :
دعيت محمدا
Atau
محمدا دعيت
c. Boleh dibuang Maf’ul bih. Karena ada petunjuk, misalnya dalam jawaban atau ditunjukan oleh kalimat yang mendahuluinya.
Contoh :
هل لقيت خليدا؟ (Apakah kamu bertemu Khalid?)
نعم, لقيت
d. Boleh dibuang fi’ilnya.
Contoh :
من يريد؟
صديقهmaka boleh hanya dijawab dengan
يريد صديقه aslinya
DAFTAR PUSTAKA
Fahmi, Ahmad Akrom.Ilmu Nahwu dan Sharaf 3. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002.
Hakim, Taufiqul.H. Qoidati Program Pemula Membaca Kitab Kuning. Jepara : Al-Falah Offset,2004.
Hasyimi, Sayyid Ahmad,Qowa’idul Asasiyyah Lillughotil ‘Arobiyyah. Bairut : Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah.
Ni’mah, Fuad. Mulakhos Qowa’idil Lughotil ‘Arobiyyah .Bairut: Darul Al-Tsiqofah Al-Islamiyyah.
Mustafa, Gulayini.Jami’ud Durus Al-‘Arobiyyah. Bairut : Darul Fikr, 2007.
Mustafa, Misbah Zainul. Tarjamah Matn Al-Jurumiyah. Semarang : Pustaka ‘Alawiyyah.
Juwariyah.Bahasa Arab Untuk Perguruan Tinggi. Sleman : Teras, 2009.
Anwar, Moch. Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-Jurumiyah dan ‘Imrithy Berikut Penjelasannya. Bandung : Sinar Baru Algensido, 2000.


[1] المفعول به وهو الإسم المنصوب الذّي يقع به الفعل........
[2] Dilihat dari segi butuh obyek atau tidak, fi’il terbagi menjadi dua, yaitu : fi’il muta’adi dan fi’il lazim.
[3] Qod terbagi menjadi dua, yaitu Qod harfiah dan Qod Ismiah. Qod harfiah yaitu qad yang datang pada fi’il, yang memiliki fungsi.1. Tahqiq,2.Taqrib,3.Taqlil. Adapun Qad ismiah yaitu Qad yang datang pada isim. Contoh : قد زيد درهم
[4] Isim dilihat dari segi tetap atau tidaknya, terbagi menjadi dua, yaitu : Isim Mu’rob dan Isim Mabni.
[5] Syekh Musthofa Galayini, Jami’ud durus al-‘arobiyyah (Darul Fikr :Bairut, 2007), hal.363.
[6] و أما الألف فتكون علامة للنصب في الأسماء الخمسة نحو رأيت اباك و اخاك وما اشبه ذالك

0 comments:

Posting Komentar

harap komentar dengan kata-kata sopan dan bukan komentar spam, cara anda berkomentar menandakan kepribadian anda. Terima Kasih!

please comment with polite words and not a spam comments, how you commented signifies your personality. Thank You!

يرجى التعليق بكلمات مهذبة وليس البريد المزعج تعليقات، وكيف علق يدل على شخصيتك. شكرا.

 
Top