Hi, guys. Kembali lagi di blog sinaba ini,
kali ini saya akan menjelaskan sederhana tentang apa sih jumlah ismiyah?, apa
yo?apa? dan bagaimana cara membuatnya?.
Yak, pada artikel sebelumnya kita sudah membahas adiknya jumlah ismiyah,
yaitu jumlah fi’liyah. Bagi yang belum baca silahkan baca artikel tentang :
Baca Juga : JUMLAH FI’LIYAH DAN JENIS - JENIS FI’ILNYA
Mengulas kembali yang dinamakan jumlah
fi’liyah yaitu sebuah kalimat yang diawali oleh kata kerja. Baik jenis kata
kerja pada kalimat itu bersifat pasif (lazimiy) atau aktif (muta’adiy). Nah,
kalau sudah tau pengertian ini pasti kalian tau, apa sih yang dinamakan dengan
JUMLAH ISMIYAH?
Yoi, betul bro. Jumlah ismiyah adalah kalimat
yang awalnya berupa isim (kata benda).
Nah, jumlah ismiyah ini bisa kita temukan pada bahasa yang lain, seperti
bahasa nusantara kita atau bahasa inggris atau malah bahasa jepang. Karena
jumlah ismiyah dalam bahasa Arab memiliki unsur
yang sama dengan kalimat dasar pada bahasa lain. Berbeda dengan jumlah
fi’liyah yang hanya bisa kita temukan dalam bahasa Arab. Atau teman-teman ada
yang tau kalimat yang sama dengan jumlah fi’liyah dalam bahasa lain?. Kalau
tau, tolong bagi-bagi ilmunya ya. Tsangkyuu ^_^
Jumlah Ismiyah adalah kalimat yang awalnya
berupa isim (kata benda), seperti : isim ‘alam (kata yang menunjukan nama
orang) contoh :
فاطمة طالبة
جميلة (Fatimah adalah siswi yang cantik)
Isim itu sendiri (maksudnya kata benda seperti batu,
pulpen, dll) contoh :
الكتاب في
الحقيبة (buku itu ada di dalam tas)
Isim yang dibentuk dari fi’ilnya, contoh :
القراءة جيدة
القراءة dibentuk dari fi’ilnya
yaitu قرأ
Isim dhomir (kata ganti), contoh :
هي مدرسة ناجحة (ia adalah seorang guru
yang sukses)
Isim isyaroh (kata tunjuk), contoh :
هذا مسجد كبير (ini adalah masjid yang
besar)
Nah, dalam jumlah ismiyah hanya ada satu
bentuk susunan yang apabila kita rumuskan adalah seperti ini :
المبتدأ (S) + الخبر (P)
Sudah tau kan? Ya, mubtada’ kalau dalam bahasa
Indonesia disebut subjek, sedangkan khobar sebagai predikatnya. Jadi pada
dasarnya setiap bahasa mempunyai kesamaan, yaitu minimal kalimat bisa terbentuk
itu apabila terdiri dari subjek dan predikat.
Untuk lebih jelasnya mari kita uraikan
contoh-contoh yang sudah disebutkan diatas :
الخبر
|
المبتدأ
|
طالبة جميلة
|
فاطمة
|
في الحقيبة
|
الكتاب
|
جيدة
|
القراءة
|
مدرسة ناجحة
|
هي
|
مسجد كبير
|
هذا
|
Tiap unsur punya kriteria sendiri. Seperti kriteria
mubtada (S);
1. Dia harus dibaca rofa’
2. Berupa isim ma’rifat ( boleh nakiroh tp ada
persyaratannya)
Sedangkan khobar (P) ;
1. Dibaca rofa’ juga
2. Harus nakiroh
3. Bila berupa fi’il, harus ada dhomir yang
merujuk ke mubtada’
4. Khobar harus sama dengan mubtada’nya dalam hal
mudzakar/muannats, mufrod/tasniyah/jamak.
Kemudian bagaimana cara membuatnya? Gampang guys.
Tinggal kita tentukan subjek (mubtada’) dan predikatnya (khobar). Atau apabila
belum terbiasa langsung, bisa dengan membuat kalimat berbahasa Indonesia
terlebih dahulu dengan mendeskripsikan tiap unsurnya.
Contoh ;
Ahmad membaca buku di kelas
S P O K
Kalo sudah , berarti tinggal kita buat
arabnya. (ingat! Subjek = Mubtada’ , Predikat = Khobar)
أحمد يقرأ الكتاب في الفصل
Ahmad kedudukannya sebagai mubtada’ (S) dan
khobarnya berupa fi’il mudhore’ yaitu يقرأ. Karena khobarnya berupa fi’il maka fi’il itu
harus memiliki dhomir yang kembali/rujuk ke mubtada’ yaitu ahmad, apa
dhomirnya? Yaitu huwa (هو) , karena ahmad adalah laki-laki. Maka perlu ada kata ganti
yang merujuk ke dia. Maka dipilihlah huwa, tidak boleh hiya (هي) atau dhomir yang
lainnya. Kemudian الكتاب sebagai objek (المفعول به) ,
adanya objek karena fi’ilnya berupa fi’il muta’adiy(kata kerja transitif). Dan kata
yang terakhir adalah keterang tempat (dzaraf makan).
👍👍👍ditunggu lanjutannya ustadz
BalasHapusYa Ust. Lanjutkan syiarnya
BalasHapus