Minggu, 31 Maret 2013

Khobar Nawasikh


Khabar Nawasikh Jumlah atau Syibhu Jumlah


  9. إن المحدّ ينفع نفسه
 10. إن الولد زينته الأدب
  11.إنّ الحياء من الإيمان
  12.إنّ الحكم بعد التجربة

  1. كان المريض يتألّم
  2. كان الشتاء برده شديد
  3. كان الماء في الكوب
  4. كان الحارس خلف الباب
  13.لعلّ الغائب يعود
  14.لعلّ الإمتحان أسئلته سهلة
  15.لعلّ محمدا في المنزل
  16.لعلّ المبراة فوق الكرسي
  1. أصبح الطائرة يغنى
  2. أصبح الورد رائحته جميلة
  3. أصبح الكسلان في حيرة
  4. أصبح الطّلّ فوق الأزهار


Khabar nawasikh yaitu khabar yang ada pada Kaana dan kawan-kawannya dan Inna dan kawan-kawannya. Dikatakan Nawasikh karena adanya modifikasi pada mubtada’ dan khobar. Kaana dan kawan-kawan atau inna dan kawan-kawan merupakan amil-amil yang masuk pada susunan mubtada’ khobar.
Sebagaimana khobar mubtada’ yang adakalanya berupa mufrod, jumlah, dan syibhu jumlah. Pada khabar nawasikh pun demikian, yaitu adakalanya berupa mufrad, jumlah dan syibhu jumlah. Seperti dalam contoh diatas, hanya di ambil dua fi’il pada kaana dan kawan-kawannya dan dua huruf pada inna dan kawan-kawannya. Karena, untuk amil yang lainnya dapat dikiyaskan seperti contoh diatas.
Pada contoh nomor 1-8, amil yang masuk pada susunan mubtada’ khobar adalah amil yang ada pada Kaana dan kawan-kawannya . sedangkan nomor 9-18, amilnya berasal dari inna dan kawan-kawannya.
Untuk contoh nomor (1) yang menjadi khobar-nya kaana adalah  يتألم  yaitu berupa fi’il, oleh karena ia berupa fi’il, maka khobarnya dinamakan khobar jumlah fi’liyah. Lalu , Pada nomor (2), برده شديد adalah khobarnya kaana yang berbentuk jumlah. Oleh karena ia diawali dengan isim, maka khobar tersebut dinamakan khobar jumlah ismiyah. Kemudian, pada nomor (3) yang menjadi khobar nawasikh berupa jar majrur. Sebagaimana yang kita ketahui apabila jar majrur memasuki pada suatu kedudukan pada i’rab, maka ia dinamakan syibhu jumlah. Berarti khabar nawasikh pada nomor (3) berupa syibhu jumlah. Karena terdiri dari jar majrur, yaitu في sebagai huruf jar dan الكوب sebagai majrurnya. Untuk nomor (4) hampir sama dengan nomor (3), yaitu khobar nawasikh yang berupa syibhu jumlah. Hanya saja yang ada pada nomor (4), yang menjadi syibhu jumlah berupa zaraf , yaitu خلف.
Untuk contoh yang lainnya , tidak jauh berbeda dengan nomor 1-4. Hanya saja pada nomor 5-8, amil yang masuk adalah kawannya kaana yang lain, yaitu أصبح. Dan nomor 9-18 yang menjadi amilnya yaitu Inna dan kawan-kawannya.
Yang perlu menjadi catatan, amalan Kaana dan kawan-kawannya yaitu merofa’kan isimnya dan menashabkan khobarnya. Sedangkan untuk Inna dan kawan-kawannya, mereka menashabkan isimnya dan merofa’kan khabarnya.  Berarti pada nomor 1-8, khobarnya beri’rab nashab. Tetapi, karena berupa jumlah atau syibhu jumlah, maka mereka hanya menempati kedudukan i’rab nashab saja(bukan i’rab secara lafaz). Sedangkan khabar yang ada pada inna dan kawannya pada nomor 9-18, mereka menempati kedudukan i’rab rafa’.
القواعد :
خبر كان و أخواتها و خبر إنّ و أخواتها كما يكون كل منهما مفردا يكون جملة فعلية, و جملة اسمية, و شبه جملة.

Khabar kaana dan kawan-kawannya, dan Khabar Inna dan kawan-kawannya masing-masing bisa berupa mufrad, jumlah fi’liyah, jumlah ismiyah, dan syibhu jumlah.





Peletakan fathah pada hamzahnya Inna
يسرني إطاعتك
يؤلمني كثرة الغبار
أتمنّى طلوع القمر
علمت تحرّك القطار
ظنّ حسن النتيجة
عرف جراءة السارق
أعطيته  لفقره
لا شك في وجوب الأدب
  1. يسرني أنك مطيع
  2. يؤلموني أنّ الغبار كثير
  3. أتمنّى أنّ القمر طالع
  4. علمت أنّ القطار متحرك
  5. ظنّ أنّ النّتيجة حسنة
  6. عرف أنّ السارق جرئ
  7. أعطيته لأنه فقير
  8. لا شكّ في أنّ الأدب واجب

Sebelum masuk pada contoh, alangkah baiknya kita terlebih dahulu mengulas kembali tentang pelajaran sebelumnya.
Telah dijelaskan yang lalu, bahwa fi’il adalah suatu pekerjaan yang terjadi pada waktu/zaman tertentu. Fi’il itu adakalanya berupa fi’il madhi,mudhari’ dan amr. نصر  adalah fi’il madhi yang menunjukan suatu pekerjaan menolong pada waktu yang lampau atau sudah terjadi. Dan       يكتبmerupakan fi’il mudhari’ yang menunjukan suatu pekerjaan  menulis pada waktu yang sedang dilakukan atau pekerjaan yang akan dilakukan. Adapun قف  adalah fi’il amar yang menunjukan perintah. Oleh karena perintah, maka pekerjaan tersebut suatu pekerjaan yang belum terlaksana. Sehingga fi’il amar termasuk fi’il yang masuk dalam kategori istiqbal.
Selain fi’il ada lagi yang dinamakan dengan mashdar. Mashdar adalah isim yang terbentuk dari fi’ilnya. Seperti استغفار adalah mashdar dari fi’il madhi استغفر. Mashdar dari fi’il madhi اجتمع adalah اجتماع . (Silahkan lihat pada tabel amsilah tashrifiyah, disana tersedia banyak bentuk contoh mashdar). Mashdar terbagi menjadi dua, yaitu mashdar sharih seperti استغفار,اجتماع,طلوع,صون,اكرام dan lain sebagainya. Lalu, mashdar yang satu lagi yaitu dinamakan mashdar muawal. Mashdar  muawal yaitu mashdar yang terbentuk dari أنْ  dan فعل المضارع , atau dari أنّ beserta isimnya dan khobarnya, yang bisa ditakwilkan ke mashdar sharih. Atau dengan kata lain mashdar yang tidak disebutkan secara zahir/sharih.
Sekarang lihatlah pada contoh diatas, pada bagian sebelah kanan terdapat أنّ  beserta isimnya dan khobarnya. Pada contoh tersebut, أنّ  beserta isimnya dan khobarnya dinamakan mashdar muawwal. Adapun kalimat yang ada pada sebelah kiri merupakan mashdar sharih , takwil dari mashdar muawwal di sebelah kanan. Jadi, lafal-lafal seperti إطاعة,كثرة,طلوع,تحرك, حسن,جراءة , فقر, وجوب merupakan mashdar dari مطيع, كثير, طالع, متحرك, حسنة, جرئ,فقير ,واجب . dan pada contoh diatas, harokat dari hamzahnya أنّ difathahkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hamzahnya أنّ difathahkan apabila أنّ beserta isimnya dan khobarnya menempati kedudukan mashdar, yaitu mashdar muawwal.
Dari contoh diatas pada nomor 1 dan 2, mashdar muawwal menempati kedudukan fa’il. Adapun nomor 3 dan 4, ia sebagai maf’ul bih. Dan pada nomor 5 dan 6, ia berkedudukan sebagai naibul fa’il. Sedangkan nomor 7 dan 8 terakhir, ia kedudukannya sebagai yang majrur oleh huruf jar. Sehingga bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa mashdar muawwal bisa menempati kedudukan fa’il, naibul f’il, maf’ul bih, dan majrur.
القواعد :
تفتح همزة أنّ إذا حلّت هي و اسمها و خبرها محل المصدر
Hamzah pada huruf أنّ  diharokati dengan fathah apabila أنّ beserta isimnya dan khabarnya menempati kedudukan mashdar
المصدر المكوّن من أنّ واسمها وخبرها يسمى بالمصدر المؤوّل
Mashdar yang terbuat dari أنّ  beserta isimnya dan khabarnya, dinamakan mashdar muawwal
يكون المصدر المؤوّل فاعلا, و مفعولا, به, و نائب فاعل, و مجرورا بحرف جر
Mashdar muawwal dapat berupa fa’il, maf’ul bih, naibul fa’il dan yang majrur oleh huruf jar.

DAFTAR PUSTAKA
ِAl-Jārim, Ali dan Mushtafa Amīn.An-Nahwu Al-Wādhih fii Qawā’idil Lughatil ‘Arabiyyah.
 

ِ

1 comments:

harap komentar dengan kata-kata sopan dan bukan komentar spam, cara anda berkomentar menandakan kepribadian anda. Terima Kasih!

please comment with polite words and not a spam comments, how you commented signifies your personality. Thank You!

يرجى التعليق بكلمات مهذبة وليس البريد المزعج تعليقات، وكيف علق يدل على شخصيتك. شكرا.

 
Top