Selasa, 07 Agustus 2012

Hakikat Sadar

Sadar...
Kata tersebut mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita. Orang yang terbangun dari pingsannya, atau mengalami koma yang berkepanjangan, kerap dikatakan, "Dia sudah sadar." atau kata 'Sadar' yang muncul ketika melihat seseorang melamun, "He! sadarlah!! hari masih pagi, tapi pikiranmu sudah berkelana." 
Demikian juga, kata 'Sadar' juga muncul ketika seseorang telah menghayati masalah kehidupannya, "Aku tersadar bahwa dia memanfaatkanku". Makna 'Sadar' yang kedua inilah, yang aku maksudkan pada tulisan ini.


Kata 'Sadar', sebenarnya diambil dari kosa kata Arab, yaitu "Shodrun"(صدر). yang artinya "Dada". kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia, sehingga jadilah 'Sadar'.
kenapa sadar dikaitkan dengan "Dada"?
Kalau kita mau memperhatikan, suatu saat ketika orang menyadari dan merasakan suatu kenyataan, bahwa ada kebenaran yang ia tolak dan terlambat ia sadari. kemudian, secara tidak disadari tangan orang tersebut mengelus dada. itulah kenapa Dada dikaitkan dengan 'Sadar' yang dalam bahasa Indonesia "Menyengaja/memahami/mengetahui". Dari pernyataan tadi, berarti kesadaran letaknya di dada manusia, bukan pada ucapan atau tempat yang lain. karena dada tempat orang menyimpan kesungguhan dan kegigihan/ kemantapan.
Akan tetapi, 'Sadar' yang aku maksudkan pada tulisan  ini, sadar dalam konteks 'taubat'. sebab, kata 'Sadar' dalam bahasa Indonesia, banyak dipakai tetapi dengan dikaitkan dengan yang lain. kalau dikaitkan dengan unsur jasmaniah, maka itu sadar dalam arti terbangun. tetapi bila dikaitkan dengan unsur ruhani, maka kesadaran itu diartikan sebagai pemahaman/penghayatan.
Sadar dalam konteks 'taubat', yaitu suatu penghayatan/pemahaman pada diri seseorang bahwa ada suatu kebenaran yang ia tolak, tidak ia ketahui, atau melakukan suatu kesalahan, sehingga timbul suatu penyesalan. Namun, tidak hanya sebatas itu saja, melainkan timbul suatu upaya agar tidak terulang kembali. Dengan kata lain, sadar itu salah satu unsur taubat. ketika seseorang mengatakan dirinya tersadar terhadap suatu kesalahan yang ia perbuat, tetapi masih mengulanginya, maka bukanlah sadar yang dilandaskan pada hadirnya hati. sadar yang demikian, sadar yang hanya singgah dipikiran saja, dan sewaktu-waktu bisa menghilang entah kemana.

Sudahkah kita "Sadar"?

0 comments:

Posting Komentar

harap komentar dengan kata-kata sopan dan bukan komentar spam, cara anda berkomentar menandakan kepribadian anda. Terima Kasih!

please comment with polite words and not a spam comments, how you commented signifies your personality. Thank You!

يرجى التعليق بكلمات مهذبة وليس البريد المزعج تعليقات، وكيف علق يدل على شخصيتك. شكرا.

 
Top